Tuesday, August 7, 2007

PANGGIL AKU KARTINI SAKA

PANGGIL AKU KARTINI SAKA
PENULIS: PRAMOEDYA ANANTA TOER

PEMBAHASAN
1.NARASI HISTORIS
1830, muncullah ke hadapan Raja Belanda seorang pensiunan Komisaris Jendral Hindia Barat untuk memulihkan keuangan Hindia Belanda melaui rencana Cultuurstelsel. Raja Belanda, Willem menerima rencana itu. Gubenur Jendral Du Bus diturunkan dari takhta Hindia Belanda, dan dikirmkan van den Bosch ke Jawa untuk mengantikan, untuk mewujudkan rencana itu (Hal 22).
21 April 1879 atau tahun Jawa 28 Rabiulakhir 1808 Kartini lahir (Hal: 51).
Sejarah tidak menyampaikan secara jelas bagaimana kehidupan Kartini semasa kecil (hal 53).
Sejarah belum pernah melaporkan kepada kita tentang ibu kandung Kartini hal 54).
Sejarah tidak melaporkan apakah Kartini mempunyai tembusan dari surat-suratnya , tetapi lebih setahun dari pernyataannya pertama tentang sikapnya terhadap ayahnya, ia ulangi pernyataan itu dengan kata-kata yang hampir sama (hal 58).
Saat Kartini masuk sekolah-Sekolah Rendah Belanda sewaktu ia berumur 20 tahun, sejarah tidak pernah melaporkan apakah ia duduk di bangku depan, di deretan murid-murid wanita (hal 61).
Rakyat itu hidupnya sangat tergantung pada pertanian, dan pertanian pada gilirannya sangat tergantung kepada teraturnya musim, kalau musim tidak menepati janji seluruh Rakyat akan menerima bencana seperti yang terjadi pada tahun 1901 (Hal 95).
Inilah beberapa narasi historis yang disampaikan Pramoedya dalam bukunya ini.

2.ANALISIS FILSAFAT SEJARAH KRITIS
Filsafat sejarah kritis meletakan posisi strategis, sejauh mana kita dapat memperoleh pengetahuan yang benar mengenai masa silam dan bagaimana sifat pengetahuan itu. Hal pertama yang dilakukan adalah kita menyadari bahwa suatu pengalaman langsung mengenai masa silam tidak mungkin. Kemudian pertanyaan mengenai kebenaran dalam pengkajian sejarah, membawa kita kepada masalah benar-tidaknya pernyataan-pernyataan para ahli sejarah mengenai masa silam. Masalah ini dapat kita teliti melalui tiga tahap:
1.Hendaknya kita tetapkan, apakah tepat maksud kita bila suatu pernyataan sejarah benar. Seorang ahli sejarah tidak hanya membatasi diri pada pernyataan-pernyataan yang benar pada masa silam, tetapi juga berusaha menerangkannya.
2.Pertanyaan mengenai kebenaran atau kesahihan juga dapat diajukan mengenai keterangan-keterangan historis: kriteria mana harus dipenuhi oleh suatu keterangan historis, supaya dapat diterima. Pernyataan-pernyataan mengenai hal ikhwal tertentu pada masa silam, serta keterangan historis mengenai itu, biasanya hanya merupakan sebagian dari buku-buku dan karangan yang ditulis oleh para ahli sejarah.
3.Sejauh mana suatu gambaran atau penafsiran mengenai masa depan memadai atau benar.
Terkait dengan hal ini, menurut penulis Pramoedya dalam buku ini memposisikan dirnya sebagai penulis biografi Kartini sehingga bisa dikatakan ia mengambil posisi sebagai penulis sejarah. Hal ini tampak jelas pada banyaknya kutipan-kutipan surat-surat yang pernah ditulis oleh Kartini. Dalam posisi ini ia mencoba mengambil data dari salah satu sumber sejarah sumber sejarah. Kemudian, Pramoedya mencoba menyajikan keilmiahan dalam tulisannya ini dengan merujuk kepada referensi sejarah yang pernah ditulis. Hal ini dapat kita temukan buktikan pada kata-kata yang beberapa kali muncul dalam buku ini seperti sejarah belum pernah melaporkan, sejarah tidak melaporkan, sejarah tidak menyampaikan dengan jelas.
Terkait dengan analisis filsafat sejarah kritis yang mencoba untuk menelaah secara lebih dalam pernyataan, keterangan dan kebenaran historis, maka penulis melihat Pramoeya masih belum memenuhi secara ketat apa yang ditekankan dalam filsafat sejarah kritis. Dalam bukunya Pramoedya masih banyak melakukan tafsiran atau suatu fakta sejarah dengan interpretasinya. Terlihat juga Pramoedya masih terpengaruh dengan darah sastra yang menjadi trendmarknya dalam penulisan buku “Panggil Aku Kartini Saja”. Dalam artian pengaruh filsafat sejarah spekulatif yang mempertimbangkan etika dan estetika dalam penulisan sejarah masih tampak (Ankersmit, 1988; 71-73).

PENUTUP
Demikianlah analisis penulis mengenai gaya penulisan sejarah Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya “Panggil Aku Kartini Saja” dalam sudut pandang filsafat sejarah kritis. Semoga penulisan ini bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Ankersmit, F.R.1988. Refleksi Tentang Sejarah. Terjemahan; Dick Hartoko. PT. Gramedia; Jakarta.
Toer, Pramoedya Ananta. 2003. Panggil Aku Kartini Saja. Lentera Dipantara; Jakarta.

0 komentar: